Home Nasional Jawa barat Majalengka Keislaman Aswaja Khutbah Opini Sejarah BIOGRAFI MWC NU BANOM LEMBAGA PC NU Pendidikan PONPEST Serba - serbi DOwnload

Kembali Kehistoriografi NU dan Pesantren

Kembali Kehistoriografi NU dan Pesantren
Situs resmi NU Majalengka
Situs resmi NU Majalengka

Oleh : Royan Fakhrurozi, S.Pd. (Penulis Buku, "Di Bawah Kolong Langit & "Biografi KH. Muhammad Qusyaeri dan Sejarah Pondok Pesantren Raudlatul Mubtadi'in Cisambeng")

 

Kepingan-kepingan sejarah yang terpecah dan berserakan membuat orang-orang enggan menyatukan kembali hingga menjadi utuh. Barangkali itulah yang menyebabkan keringnya sejarah selama ini.

 

Padahal sejarah bisa menjadikan sebuah guru dalam kehidupan manusia seperti ungkapan, "historia magistra vitae” sejarah adalah guru kehidupan."Kendati seperti itu, Sartono Kartodirdjo (1912-2003) mengungkapkan, "sejarah adalah rekonstruksi masa lampau atau kejadian yang telah terjadi pada masa lampau."Akan tetapi ada sebuah ungkapan yang selalu menimbulkan diskursus panjang bahkan perdebatan yang sangat alot yakni tentang ungkapan "histoire est juste peut-être, mais qu’on ne l’oublie pas, elle a été écrite par les vainqueurs”.

 

Kurang lebih artinya “sejarah mungkin benar, tetapi janganlah kita lupa, itu ditulis oleh para pemenang”.begitulah kiranya.Nah ungkapan di atas mungkin akan menimbulkan diskursus yang begitu panjang, namun terlepas dari itu semua, sejarah hanya ditulis oleh sejarawan. Baik itu perorangan atau kelompok. Ini sudah diterangkan oleh Kuntowijoyo (1943-2013).“Seseorang yang menjadi penulis sejarah adalah sejarawan". begitulah ungkapnya.

 

Sebenarnya bukan barang baru ketika sebuah fakta-fakta yang sering kita temukan dalam sejarah kerapkali ditulis oleh orang-orang yang sedang berkuasa sebagai bahan legitimasi atau melindungi aristokrasi kekuasaan yang sedang di pegang, namun berkaitan dengan itu semua, seorang sejarawan yang benar-benar bijak tidak akan masuk ke dalam jurang otoriter dan berpihak pada kekuasaan yang merugikan.

 

Dalam beberapa dekade ke belakang fenomena penulisan sejarah mengalami kehampaan dan ketertutupan, tepatnya pada masa Orde Baru yang bercokol dengan Amerika terutama para Orientalis Barat dalam menuliskan sejarah. Salah satunya kita bisa mengambil sejarah peran perjuangan para kiai dan santri, sejarah NU, Pesantren yang masih belum sepenuhnya muncul dan terungkap ke permukaan dan masih banyak lagi.

 

Gerakan kembali kepada historiografi dalam mengkaji ulang sejarah kiranya perlu ditelisik kembali dengan teori dan metode baru yang lebih luwes dengan sumber-sumber yang dapat dipertanggung jawabkan.

 

Nampaknya di Nusantara ini, tidaklah berlebihan ketika banyak para pengamat, sejarawan, ahli antropologi, intelektual, cendekiawan yang mulai sedikit demi sedikit kembali lagi kepada historiografi nusantara yang utuh. Betapa tidak, banyak fakta-fakta tersembunyi yang dilakukan penguasa untuk mempertahankan kekuasaan legitimasinya, terutama ketika zaman Orde Baru yang sudah merubah pola fikir dalam memahami sejarah yang penuh dengan propaganda.

 

Jika hal ini terus dibiarkan maka generasi selanjutnya tidak akan pernah mengetahui sejarah yang sebenarnya.Sejalan dengan itu, KH. Abdul Mun'im DZ salah satu Kiai Sejarawan NU yang sering keliling Indonesia untuk mengisi kegiatan PKPNU sebagai Instruktur Nasional.Kerapkali dalam kutipannya yang dimuat di nuonline mengungkapkan bahwasanya, wajah Pesantren dan Nahdlatul Ulama dalam buku akademik, cenderung mengalami peyorasi dan marginalisasi gagasan, hal ini karena tidak adanya komprehensif dengan dimensi-dimensi kehidupan warga Nahdliyin dari sosiologis-antropologis hingga spiritualnya," begitulah ungkapnya.

 

Dalam hal ini KH. Abdul Mun'im DZ ingin mengajak kembali untuk memahami pondasi pengetahuan dan pentingnya historiografi pesantren dengan mengembangkan, "le petit histoire" (sejarah kecil) pesantren dengan disambungkan peta dunia dalam level Nasional dan Internasional.***