Home Nasional Jawa barat Majalengka Keislaman Aswaja Khutbah Opini Sejarah BIOGRAFI MWC NU BANOM LEMBAGA PC NU Pendidikan PONPEST Serba - serbi DOwnload

Talk Show Berkelas di Konfercab NU Majalengka ke-VIII.

Talk Show Berkelas di Konfercab NU Majalengka ke-VIII.
Dalam upaya menyemarakkan Konferensi Cabang Nahdlatul Ulama (NU) Majalengka ke-VIII, sebuah acara talk show digelar sebagai wadah diskusi dan pandangan dari berbagai tokoh terkemuka dalam memajukan NU
Dalam upaya menyemarakkan Konferensi Cabang Nahdlatul Ulama (NU) Majalengka ke-VIII, sebuah acara talk show digelar sebagai wadah diskusi dan pandangan dari berbagai tokoh terkemuka dalam memajukan NU

MAJALENGKA-Dalam upaya menyemarakkan Konferensi Cabang Nahdlatul Ulama (NU) Majalengka ke-VIII, sebuah acara talk show digelar sebagai wadah diskusi dan pandangan dari berbagai tokoh terkemuka dalam memajukan NU agar lebih maju dan berkembang. Acara sendiri diselenggarakan di Gedung Islamic Centre Majalengka ini menghadirkan narasumber-narasumber berpengalaman dan berkualitas.

 

Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) yang juga Anggota DPR RI, KH Maman Imanulhaq salah satu narasumber, memberikan pandangan tajam terkait kemajuan NU di era globalisasi.Menurut Kiai Maman, bahwa kemajuan NU di tengah arus globalisasi harus diiringi dengan memiliki sanad yang kuat dan jelas asal-usulnya. Karena sanad merupakan sandaran yang tak tergantikan untuk memastikan keberlanjutan dan integritas organisasi NU kedepan.

 

"NU harus memiliki sanad yang kuat. Tanpa itu, NU akan menjadi rapuh. Jangan meninggalkan sanad jika kita ingin mengusai dunia global. Ini sangat penting," ungkap Kiai Maman saat menjadi narasumber pada Talk Show dengan mengusung thema "Menggagas Peta Jalan NU ke Depan dari Berbagai Sudut Pandang,". 

 

Narasumber pada acara itu menghadirkan Dr.H.Karna Sobahi, M.M.Pd. mantan Bupati Majalengka Periode 2018-2023, KH. Maman Imanulhaq (Perspektif Agama dan NU), H. Iwan Bola (Perspektif Ekonomi), dan Dr Momon Lentuk (Perspektif Sosial Budaya).

 

Masih menurut Kiai Maman, dengan memiliki sanad bila diumpamakan dalam mengaji kitab kuning, itu harus memiliki akar yang jelas, siapa guru dan pengarang kitab tersebut, hinggar akhirnya akan berakhir ke Nabi Muhammad Saw. Dengan begitu, pertanggungjawabanya jelas, siapa yang memberikan ilmu dan pengetahuan dengan sumbernya pada Nabi Muhamad SAW.

 

Kiai Maman juga memberikan contoh pentingnya pemahaman ilmu Nahwu dan Sharaf dalam menjaga keaslian pemahaman terhadap Al-Qur'an dan Hadis. Sebab ada seorang tokoh agama yang salah menafsirkan hadis dan itu kebodohan yang amat mencolok. 

 

"Mengartikan hadis bisa salah total jika tanpa ilmu Nahwu dan Sharaf. Oleh karena itu, warga NU, terutama pengurus MWC, wajib bisa membaca kitab kuning untuk memastikan pemahaman yang benar sesuai dengan ilmunya," tambahnya.

 

Selain itu, Kiai Maman mengajak warga NU untuk berkhidmat dengan ikhlas dalam memajukan NU. Menurutnya, dengan ikhlas dalam berbakti pada NU, semua urusan lain akan mendapatkan kelancaran dan keberkahan.

 

"Insha Allah, dengan mengurus NU, segala urusan dunia akan dimudahkan. Mari bersama-sama menjaga sanad dan berkhidmat dengan ikhlas untuk kemajuan NU," pungkas Kiai Maman Imanulhaq.

 

Sementara itu narasumber dari bidang ekonomi, memberikan pandangan terkait potensi besar Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 dan bantuan dari pemerintah pusat ke daerah. Hal itu seperti disampaikan Irwan Bola. Dia menjelaskan, APBN Tahun 2024 ini menunjukkan angka yang sangat signifikan sebesar Rp3.325,1 triliun. Alokasi terbesar diperuntukkan untuk Belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp2.467,5 triliun, sementara Transfer ke Daerah mencapai Rp857,6 triliun. Menurutnya, potensi ini harus dijadikan peluang untuk kemajuan organisasi NU.

 

"Peluang ini harus ditangkap dan dijadikan sebagai sumber ekonomi untuk kemajuan NU. Warga NU harus proaktif dalam memanfaatkan segala program yang ada di pemerintah, baik untuk pengembangan usaha atau untuk kemaslahatan umum," ujar Irwan Bola.

 

Irwan menekankan warga NU, sebagai organisasi yang memiliki jaringan dan keberagaman yang kuat, memiliki potensi besar untuk bersinergi dalam memanfaatkan dana dari APBN dan bantuan pemerintah pusat. Irwan memberikan contoh agar warga NU bisa menjadi pelaku usaha yang aktif atau memanfaatkan program-program pemerintah yang dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat.

 

"Pemanfaatan dana ini bisa melalui berbagai sektor, seperti pendidikan, kesehatan, dan pembangunan ekonomi lokal. Dengan begitu, NU tidak hanya berfokus pada aspek keagamaan, tapi juga turut aktif dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan," tambahnya.

 

Narasumber lainnya, Dr.H Momon Lentuk, memberikan pandangan unik mengenai peran birokrasi dalam melayani masyarakat. Bahwa konsep dasar birokrasi seharusnya difokuskan pada pelayanan kepada masyarakat.

 

"Birokrasi seharusnya menjadi bentuk pelayanan yang tulus kepada masyarakat. Konsep dasarnya adalah melayani, dan memandang kepentingan masyarakat sebagai yang paling utama," ungkap Momon.

 

Dalam konteks ini pun, ia memuji pemikiran dari KH Wahab Hasbulah, seorang tokoh penting dalam NU yang berkontribusi pada pemikiran keislaman dan menjadi salah satu pendiri NU. Menurut dia, memahami pemikiran dan kontribusi tokoh seperti KH Wahab Hasbulah menjadi kunci penting dalam membangun kerjasama yang efektif antara birokrasi dan NU.

 

"Pemerintah Kabupaten Majalengka selalu berkomitmen untuk bersinergi dengan semua ormas, termasuk NU, dalam menjalankan tugas dan kewajiban. Tanpa dukungan dan kerjasama yang baik, pembangunan di Majalengka tidak akan berjalan maksimal. Dengan sinergi yang baik pula antara pemerintah dan NU, kita dapat memastikan bahwa setiap langkah pembangunan di Majalengka akan memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat,"pungkasnya. 

 

Melengkapi pandangan dari berbagai sudut, Mantan Bupati Majalengka, H Karna Sobahi, memberikan kontribusi berharga terkait peran NU di Majalengka. Menurutnya, NU sebagai ormas terbesar di Indonesia dan sangat dominan di Majalengka terutama pelaksanaan ritual keagamaan.

 

"NU sudah ahlinya dalam urusan keagamaan di Majalengka. Ritual keagamaan masyarkaat hampir seluruhnya meniru NU, dan ini mencerminkan kekuatan bahwa sudah dekat dengan masyarakat," ujar H Karna.

 

Meskipun demikian, mantan Bupati Majalengka menyampaikan bahwa terdapat potensi besar di NU yang belum dimaksimalkan. Terutama dalam bidang pendidikan, ekonomi, sosial, budaya, dan kesehatan di Majalengka. Sehigga diperlukan adanya manajemen dan tata kelola yang baik untuk mengoptimalkan semua potensi tersebut.

 

"Perlu strategi dan rumusan yang jitu, agar NU Majalengka dapat mencapai potensi yang belum tergarap. Ini merupakan catatan perbaikan yang penting untuk mendorong NU Majalengka menjadi lebih progresif dalam memberikan kontribusi nyata bagi kesejahteraan masyarakat," tambahnya.

 

Dengan menyoroti aspek-aspek tersebut, Karna berharap agar NU Majalengka dapat terus berkembang dan memberikan manfaat yang maksimal bagi masyarakat setempat. Pemahaman yang komprehensif terhadap potensi yang dimiliki oleh NU, dapat menjadi dasar untuk menyusun rencana aksi yang efektif demi kemajuan yang berkelanjutan.***