Home Nasional Jawa barat Majalengka Keislaman Aswaja Khutbah Opini Sejarah BIOGRAFI MWC NU BANOM LEMBAGA PC NU Pendidikan PONPEST Serba - serbi DOwnload

NU Harus berdiri di Atas Kemaslahatan Umum

NU Harus berdiri di Atas Kemaslahatan Umum
Menghasilkan Moderasi dan Toleransi serta Pemahaman Keagamaan Moderat Oleh : Dani Alfaddani Ketua LPBI PCNU Majalengka
Menghasilkan Moderasi dan Toleransi serta Pemahaman Keagamaan Moderat Oleh : Dani Alfaddani Ketua LPBI PCNU Majalengka

Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi kemasyarakatan terbesar di Indonesia dari periode ke periode senantiasa berada pada pusaran politik. Entah itu politik praktis ataupun politik nilai. Kemudian, apakah hal yang sama berlaku, terutama politik praktis, bagi NU periode hasil KONFERCAB ke -VIII di Islamic Center 30-31Desember 2023. Konfercab yang mengantarkan KH Anwar Sulaeman, M.Pd terpilih sebagai Rais Syuriyah PCNU dan K. Muhammad Umar Sobur, M.Ag sebagai Ketua Tanfidziyah masa khidmat 2024-2029 menggantikan KH. Dedi Mulyadi, S.Ag, MM.

 

Secara retorik, penjelasan atau jawabannya sudah bisa publik peroleh ketika KH. Dedi Mulyadi dan K. Muhammad Umar Sobur telah berkomitmen akan menjaga NU agar jangan terlalu dekat dengan politik praktis.

Jawaban di atas, meskipun bersifat retorik, telah memberikan gambaran awal bahwa NU di bawah kepemimpinan KH Dedi Mulyadi dan K. Muhammag Umar Sobur tidak akan dibiarkan terjebak pada pusaran politik praktis. Namun demikian, publik tentu akan menunggu lagi apakah jawaban itu, secara praktis, adalah akan relevan. Terutama setelah melewati proses pengujian publik dan pengujian politik di lapangan, paling tidak untuk lima tahun ke depan.

Baginya menjalankan komitmen tersebut sesungguhnya adalah pekerjaan yang tidaklah mudah karena pusaran politik praktis pernah begitu akrab.

Tetapi, bukan berarti NU, terutama secara jam’iyyah (organisasi, tidak bisa melepaskan dari politik praktis. Sejarah mencatat NU juga pernah berhasil menunjukkan kepiawaiannya menjauhi arena politik praktis dengan khittah 1926-nya. 

Selain itu, NU juga memiliki modal dasar berupa genetik politik dalam pengertian yang sebenarnya.Yaitu, soal mengangkat dan merawat kemaslahatan umum atau kebaikan bersama cenderung menghasilkan tata kelola NU yang lebih baik dan semangat eksklusivitas keagamaan yang mumpuni.

 

Serta dapat menghasilkan religious state bukan theocratic state dan agar dapat memperhatikan kepentingan-kepentingan keagamaan warga NU hingga dapat memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan yang terkait hal-hal keagamaan hingga dapat menghasilkan moderasi dan toleransi yang berjangkarkan pemahaman keagamaan moderat serta dengan ekspresi yang mengakui dan melintas perbedaan hingga menjadi tujuan bersama seraya meminggirkan tujuan pribadi yang sesungguhnya.

 

Karena potensial bisa menjadi kekuatan tersendiri bagi NU kini dan ke depan. Potensi yang kemudian harus didayagunakan, terutama melalui politik nilai, agar ia tidak hanya fungsional atau bermanfaat untuk lingkungan sendiri namun juga dapat bermanfaat secara menyeluruh di berbagai wilayah.

 

Tentunya kita berharap agar dapat menjadi sebuah penerimaan atas dasar adanya kepentingan yang lebih besar, yaitu ikatan kebersamaan saling melengkapi di semua bidang dengan kelebihan masing-masing dan berdiri di atas berkemaslahatan umum.

 

Terpilihnya KH Anwar Sulaeman, M.Pd sebagai Rais Syuriyah PCNU dan K. Muhammad Umar Sobur, M.Ag sebagai Ketua Tanfidziyah PCNU Majalengka melalui kepengurusan kali ini, semoga dapat lebih terarah untuk menjadikan NU senyatanya memiliki keluhuran pengetahuan dan kekayaan pengalaman dalam memerankan jam’iyyah-nya secara luas. Peran bersama semata bukan untuk kekuasaan, namun demi berdiri tegaknya nilai-nilai kemanusiaan di mana pun serta kapan pun dengan cara-cara yang adil dan terarah.